Lawatan Ketua Misi IMF untuk Indonesia ke FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 13304
Kamis (16/11), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) kedatangan tamu spesial dari International Monetary Fund (IMF). Kedatangan IMF ke FEB UGM ini diwakili oleh Luis E. Breuer, Ketua Misi IMF untuk Indonesia. Sebelumnya mereka mengunjungi Jakarta selama dua minggu untuk melakukan studi dan evaluasi mengenai kondisi ekonomi di Indonesia saat ini.
Dalam kunjungannya ke FEB UGM, IMF memberikan kuliah umum yang diselenggarakan di Auditorium Djarum Foundation lantai 6, Pertamina Tower FEB UGM pukul 13.30 WIB. Peserta kuliah umum tidak hanya berasal dari mahasiswa FEB UGM melainkan juga dari perguruan tinggi lain yang ada di Yogyakarta seperti Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Kristen Duta Wacana, dan STIE YKPN. Sesi kuliah umum dibuka dengan sambutan Wakil Dekan FEB UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Mahfud Solihin, M. Acc., Ph.D.
Breuer memaparkan bahwa saat krisis global tahun 2008, dampaknya terhadap Indonesia tidak signifikan dibandingkan dengan Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa karena kondisi ekonomi Indonesia yang baik. Hal itu karena Indonesia didukung dengan ukuran ekonomi dan jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara. Sepuluh tahun pasca krisis global, ekonomi global mulai membaik.
IMF mempublikasikan hasil economy outlook dua kali dalam setahun. Menurut economy outlook IMF, saat ini pertumbuhan ekonomi di Asia meningkat. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia tahun 2017 sebesar 5,6 % dan tahun 2018 sebesar 5,5 %, sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 diproyeksikan sebesar 5,1 % dan 5,3%. Breur menambahkan bahwa Asia memiliki kontribusi sebesar 2/3 dari pertumbuhan ekonomi global dengan 1/3 pertumbuhan ekonomi dikontribusikan oleh China. Hal itu menjadi daya tarik bagi investor untuk menyalurkan dananya.
Menurut Breuer, pertumbuhan ekonomi yang meningkat normalnya diikuti dengan kenaikan inflasi. Namun, kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Asia tinggi, tetapi inflasinya rendah. "Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga dua kali karena tingkat inflasi turun, nilai tukar rupiah stabil." kata Breuer.
"Indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, tingkat inflasi rendah, stabilitas keuangan, nilai tukar rupiah stabil, tingkat suku bunga stabil." lanjut Breuer. Menurut Breuer, Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 % dengan dua cara yaitu menjaga stabilitas ekonomi dan memahami penyebab perlambatan ekonomi.
Sumber: Ade/FEB