Mengulik Kebijakan Berbasis Bukti, Rantai Pasok Global, hingga Pelaporan Berkelanjutan
- Detail
- Ditulis oleh Rizal
- Kategori: Berita
- Dilihat: 640
Senin (25/09), salah satu rangkaian acara dari The 11th Gadjah Mada International Conference on Economics and Business (GAMAICEB) 2023 telah diselenggarakan, yakni plenary session hari pertama. Diselenggarakan di The Alana Hotel and Convention Center Yogyakarta, GAMAICEB tahun ini bertajuk "Collaborative Research and Policy Action for Achieving Sustainable Development Goals". Pada kesempatan kali ini, tiga pembicara memaparkan temuannya di bidang ekonomi dan bisnis, yakni Miklos Gaspar (Director of the United Nations Information Center), Dr. Kazuhiko Yokota (School of Commerce, Waseda University, dan Dr. Leslie Hodder (The International Association for Accounting Education and Research (IAAER)).
Sesi Miklos Gaspar: Kebijakan Berbasis Data untuk Menggapai Sustainable Development Goals (SDG)
Plenary session dimulai dengan Miklos Gaspar (Director of the United Nations Information Center) yang mempresentasikan temuannya terkait urgensi utilisasi data dalam perumusan kebijakan. Hal tersebut karena apabila kebijakan tidak dilandasi oleh data, keputusan yang diambil cenderung subjektif sehingga menghasilkan outcome yang tidak pasti. Contoh dari implementasi kebijakan berbasis data di Indonesia adalah The World Food Programme (WFP) yang telah dilaksanakan di Sanggau, Kalimantan Timur. Dalam aktualisasi program tersebut, digunakan data yang bersumber dari Food Security and Vulnerability Atlas. Basis data tersebut memuat beragam informasi terkait ketahanan pangan dari 514 kota dan distrik di Indonesia. Sementara itu, program ini sendiri didasari oleh realitas bahwa 4 dari 180 desa di Sanggau mengalami kerawanan pangan.
Contoh kesuksesan dari program tersebut adalah perbaikan kondisi yang dialami oleh daerah bernama Desa Idas. Dahulu, Desa Idas memiliki kondisi kerawanan pangan yang memprihatinkan. Namun, dengan adanya program ini, masyarakat memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan sumber pangan secara mandiri, seperti sayur-sayuran. Selain itu, dilangsungkan pula perbaikan jalan untuk mempermudah akses masyarakat ke pasar dalam rangka menjual hasil produksi mereka. Saat ini, desa tersebut sudah tidak dikategorikan lagi dalam kondisi kerawanan pangan.
Berkaca dari contoh nyata tersebut, data dapat diterapkan untuk mencapai kebijakan yang optimal, tak terkecuali dalam menggapai SDG. Untuk menguatkan pendayagunaan data untuk mencapai tujuan pembangunan, pemerintah Indonesia dapat menempuh beberapa jalur. Pemerintah perlu mengukuhkan kolaborasi dan koordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dari aspek peningkatan ketersediaan data, pelatihan pengolahan data, dan kerja sama dengan praktisi di skala global.
Selain itu, United Nations dan Bappenas telah mengembangkan SDG Dashboard 3.0 dan SDG Good Practice Repository sebagai platform penyedia visualisasi data yang mudah dipahami. Namun, pemerintah tetap perlu mengembangkan pendekatan atau metode baru dalam pengumpulan data. Dengan pengembangan utilisasi data, dapat diperoleh estimasi untuk indikator-indikator di berbagai kawasan geografis yang lebih luas, seperti di tingkat kabupaten dan kota.
Sesi Dr. Kazuhiko Yokota: Evolusi Rantai Pasok Global di Berbagai Kawasan
Rangkaian acara dilanjutkan oleh presentasi dari Dr. Kazuhiko Yokota (School of Commerce, Waseda University) terkait topik perdagangan internasional. Selama ini, data perdagangan antarnegara disuguhkan dalam bentuk gross value. Namun, kini, perdagangan global telah didominasi oleh intermediate good (barang perantara), dibandingkan final good (barang akhir). Hal tersebut menimbulkan masalah yang disebut dengan double counting. Barang perantara, yang umumnya menjadi bahan baku untuk produk lainnya, bisa jadi dilibatkan dalam perhitungan sebanyak lebih dari satu kali. Perhitungan nilai perdagangan internasional pun menjadi kurang akurat. Dr. Kazuhiko lantas menawarkan gagasan berupa value-added trade, yakni penggunaan nilai tambah produk dalam kalkulasi nilai perdagangan global.
Pembahasan dilanjutkan dengan topik global value chain (GVC). Keberadaan GVC menjadi salah satu katalisator utama dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Dengan sistem rantai pasok yang tersebar secara global, produksi dapat dilakukan secara lebih efisien. Salah satu pendorong utama dari pelaksanaan GVC adalah perbedaan upah tenaga kerja antarnegara. Penelitian menemukan bahwa gap upah yang kecil antarnegara adalah faktor dari pembentukan GVC di Uni Eropa, sedangkan perbedaan upah yang besar justru merupakan pendorong GVC di Asia Timur. Merujuk dari perspektif pertumbuhan ekonomi, tipe GVC yang ada di Uni Eropa adalah tipe yang diharapkan, sementara GVC yang terjadi di Asia Timur merupakan tipe yang kurang didambakan.
Sesi Dr. Leslie Hodder: Perkembangan dan Tantangan Pelaporan Keuangan Berkelanjutan
Narasumber terakhir dalam plenary session hari pertama adalah Dr. Leslie Hodder (The International Association for Accounting Education and Research (IAAER)) yang membawakan topik terkait pelaporan keuangan berkelanjutan (sustainable reporting). Saat ini, meskipun pelaporan keuangan berkelanjutan telah berkembang pesat, masih belum terdapat standar internasional yang mengaturnya. Dengan demikian, tiap negara, bahkan tiap perusahaan, dapat memiliki interpretasinya masing-masing dalam pelaksanaan metode tersebut.
Terlebih, beberapa konsep yang ada dalam pelaporan keuangan sulit untuk ditransfer ke dalam pelaporan berkelanjutan, seperti istilah materiality dan representational faithfulness. Jika istilah keuangan dimodifikasi dalam wujud berkelanjutan, presisi maupun makna dari istilah tadi dapat berubah. Selain itu, tantangan lain yang timbul dalam implementasi pelaporan keuangan ini adalah aspek assurance. Oleh karena itu, para akademisi perlu mengkaji ulang berbagai aspek agar mampu menghadapi tantangan yang menghadang implementasi pelaporan berkelanjutan.
Pemaparan tersebut sekaligus menjadi penutup plenary session pada hari pertama GAMAICEB 2023. Acara ini turut mewujudkan misi dari FEB UGM dalam menjadi agen pendukung SDG. Pada sesi pemaparan oleh Miklos Gaspar, poin SDG yang hendak dicapai adalah poin pertama, yaitu penanggulangan kemiskinan. Berbagai program pemerintah perlu memperhatikan penggunaan basis data dalam implementasinya sehingga mampu menghasilkan output yang optimal. Sementara itu, sesi Dr. Kazuhiko mencerminkan SDG poin ketujuh belas, yaitu keberadaan global value chain sebagai wujud pembentukan kemitraan antarbangsa di dunia. Yang terakhir, presentasi oleh Dr. Leslie merupakan perwujudan dari SDG poin kedua belas, yakni pencatatan keuangan yang berkelanjutan dalam proses produksi maupun konsumsi suatu perusahaan.
Reportase: Rizal Farizi