Kisah Ardi, Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Peroleh Beasiswa S2 FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1572
Pada 2018 silam, Palu dilanda gempa bumi yang dahsyat disertai tsunami dan likuifaksi. Tidak sedikit warga yang menjadi korban akibat bencana alam ini. Salah satunya Heni Ardianto (25), Ilmu Manajemen 2021. Waktu itu Ardi, tengah berjuang menyelesaikan studi S1 di salah satu perguruan tinggi negeri di Palu. Selamat dari guncangan gempa dan tsunami merupakan berkah yang luar biasa baginya.
Sebagai anak buruh tani di sebuah desa kecil di Limbo Makmur, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang nekat merantau ke Palu untuk menggapai pendidikan di perguruan tinggi bukanlah hal yang mudah. Kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan seakan sulit mewujudkan angan Ardi untuk bisa berkuliah di perguruan tinggi.
Namun dengan tekad kuat dan semangat membara Ardi bisa meraih impiannya itu. Bahkan saat ini ia berhasil lulus dari Prodi Magister Sains Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Ia bahkan menyelesaikan studi S2-nya dengan IPK 3,72 dan menyandang predikat cumlaude. Tak kalah membanggakan, Ardi selama menjalani perkuliahan tanpa dipungut biaya pendidikan dengan memanfaatkan beasiswa LPDP RI.
Ardi merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Didik Iswanto (49) dan Tiyarmi (45). Kedua orang tuanya berasal dari Prambanan Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Morowali, Sulawesi Tengah sejak tahun 1983 silam. Keduanya sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani. Meski lahir dari keluarga sederhana, tak mematahkan semangat Ardi untuk mengejar asa meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dengan ketekunan, kerja keras, serta doa orang tua ia berhasil mematahkan stigma jika anak kampung dari daerah pelosok di luar Pulau Jawa dengan kondisi perekonomian pas-pasan bisa kuliah bahkan sampai jenjang S2.
“Sejak kecil pengen banget kuliah. Kalau melihat kondisi perekonomian orang tua yang pas-pasan sepertinya sulit, tetapi saya modal nekat dan tekad kuat gimana caranya bisa kuliah,” jelasnya.
Ia mafhum dengan keadaan orang tuanya. Namun pria kelahiran Limbo Makmur, 2 Agustus 1998 ini memiliki semangat kuat untuk bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi jauh melampaui kedua orang tuanya yang lulusan Sekolah Dasar. Melalui pendidikan ia yakin bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik.
“Bapak dan Ibu baru bisa mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar saja. Saya pengen bisa sekolah tinggi supaya bisa mengubah kondisi keluarga ke arah yang lebih baik,” ucapnya.
Sadar dengan kondisi keluarga yang terbatas, Ardi saat menjalani kuliah juga aktif melakukan kerja paruh waktu. Mulai dengan menjadi asisten dosen baik saat S1 maupun S2, tim penyusun kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) di sejumlah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah hingga tim penyusun dokumen analisis kelayakan bisnis di beberapa perusahaan.
“Selain untuk menambah ilmu dan pengalaman tentunya juga untuk menambah uang saku kuliah,” ungkapnya.
Kondisi keluarga dengan keterbatasan perekonomian tidak pernah membuatnya menjadi berkecil hati. Keadaan tersebut justru menjadi pelecut baginya untuk semangat dalam menggapai pendidikan. Ia berhasil masuk dalam jajaran siswa berprestasi di sekolah dan mengantarkannya meraih beasiswa pendidikan sejak bangku SMK hingga S2. Saat menempuh studi di SMKN 2 Bungku Barat ia berhasil meraih Juara 1 Olimpiade Sains Terapan Nasional Provinsi Palu tahun 2015. Sebelumnya pada tahun 2014 ia juga sukses menyabet Juara 1 Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar Provinsi Palu. Berkat prestasinya itu ia memperoleh beasiswa pendidikan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah selama 2015-106.
Lalu, saat kuliah S1 di Universitas Tadulako ia berhasil kuliah tanpa biaya berkat beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Beasiswa tersebut diberikan bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Saat duduk di banku kuliah ia pun berhasil menyabet Juara I Lomba Esai 2019 di Universitas Teuku Umar, Aceh dan Juara II Lomba Esai 2019 di Universitas Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.
Ketika kuliah S2 Ardi juga aktif mengikuti sejumlah konferensi internasional. Beberapa diantaranya adalah 15th Global Conference on Business and Social Sciences 2023 di Thailand, International Conference on Business and Finance 2023 di Internasional UEH University, Vietnam, serta 42nd EBES Conference 2023 di Lisbon yang digelar secara daring.
Meski terlahir dari keluarga dengan perekonomian terbatas keduanya berhasil membuktikan jika keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang untuk meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. FEB UGM sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi memiliki komitmen kuat mewujudkan pendidikan tinggi berkualitas, berkeadilan, dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk bagi keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas, serta daerah 3T. Kebijakan tersebut diimplementasikan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum