Kinerja Ekspor Melambat, IMF Himbau Pemerintah Dorong Investasi Infrastruktur
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2368
Penasihat IMF untuk Asia Pasifik, David Cowen, menilai prioritas utama perekonomian Indonesia saat ini adalah mempercepat investasi infrastruktur, menciptakan sistem perdagangan dan investasi yang lebih terbuka dan dapat diprediksi, serta mengurangi kekakuan pasar tenaga kerja. Hal ini dilakukan untuk memberikan lebih banyak kesempatan bagi tenaga kerja muda di Indonesia dan memfasilitasi integrasi mereka dalam persaingan tingkat regional dan global.
"Pemerintah sebaiknya lebih intens mengurangi kemacetan pasokan dan memperluas basis ekspor, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja jangka menengah," kata David Cowen saat menyampaikan dalam kuliah umum "Global Economic Outlook and Its Implication for Indonesia" dihadapan mahasiswa di Auditorium Djarum, Gedung Pertamina Tower, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Senin (8/12).
Diakui david, penurunan harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi telah berdampak buruk terhadap kinerja ekspor Indonesia. Bahkan ketidakseimbangan perdagangan minyak dan gas bumi kian menambah beban bagi pemerintah. Untuk mengatasi tekanan makroekonomi dan mengurangi kerentanan ekonomi global saat ini, menurutnya, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah yang kredibel untuk mengetatkan kebijakan moneter. "Kebijakan moneter yang tidak konvensional di beberapa negara maju pun telah mendorong pergeseran pertumbuhan ekonomi," katanya.
David menambahkan, kebijakan moneter diarahkan untuk terus fokus pada pengendalian inflasi, mengekang defisit transaksi berjalan, dan mempertahankan penyangga cadangan devisa yang sehat. Kendati begitu, kebijakan fiskal perlu diambil untuk mendukung kebijakan moneter didukung reformasi pajak dan subsidi lebih lanjut untuk memastikan ruang yang cukup untuk belanja sosial dan modal, "Termasuk perlindungan kesehatan pada tahun 2015," ujarnya.
Langkah awal untuk lebih memperkuat keadaan moneter dan fiskal, katanya, perlu didukung oleh fleksibilitas lanjutan dalam hasil nilai tukar dan obligasi sehingga akan membantu perekonomian mengatasi guncangan ekonomi global. Yang tidak kalah penting, imbuhnya, memperkuat sistem perbankan untuk lebih tahan terhadap tekanan likuiditas dan membantu memobilisasi tabungan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mendukung investasi.
Sumber: Izza/UGM