28 juta Penduduk Miskin Seharusnya Terima Zakat
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2585
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sekaligus Guru Besar FEB UGM, Prof. Bambang Sudibyo, mengatakan Baznas akan mengoptimalkan pengumpulan dana zakat lewat semua kementerian, lembaga pemerintah, pemda dan perusahaan swasta dan masyarakat
muslin. Menurutnya, dana zakat yang berhasil dihimpun oleh Baznas, Baznas daerah dan Lazis baru mencapai Rp3,4 triliun. Padahal, potensi zakat di Indonesia bisa mencapai Rp217 triliun, terdiri dari sumber zakat dari rumah tangga muslim sebesar Rp82 triliun dan perusahaan swasta Rp114,89 triliun. "Kita menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan semua lembaga keuangan untuk mendorong pengumpulan dana zakat semakin meningkat," kata Bambang Sudibyo dalam Seminar Internasional yang bertajuk Islamic Accounting for Social Welfare, Kamis (12/11), di UC UGM.
Dikatakan Bambang, sistem pengelolaan dan pendistribusian zakat bisa dijadikan alat pendukung kebijakan fiskal untuk mengurangi jumlah angka kemiskinan dan menekan kesenjangan sosial. Meski demikian, imbuhnya, semua hal itu bisa tercapai apabila pengelola zakat baik di pusat dan di daerah betu-betul mengedepankan etika moral yang tinggi dan mematuhi peraturan hukum, serta didukung sumber daya manusia yang mampu menjalankan tata kelola dengan baik.
Dia menyebutkan jumlah penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data BPS 2011 sebanyak 31 juta jiwa. Namun, dari jumlah tersebut hanya 2,8 juta jiwa atau 9,03 persen yang menerima zakat. Sementara itu, sisanya belum mendapat dana zakat karena keterbatasan dana. "Ada 28 juta yang belum bisa dibagikan seharusnya menerima zakat," katanya.
Dikatakan Bambang, apabila pihaknya mampu menghimpun dana zakat sebanyak Rp24,02 triliun maka akan bisa didistribusikan pada penduduk muslim yang masuk dalam kategori fakir dan miskin.
Sebagai tambahan informasi, persentase perolehan dana zakat terhadap GDP di Indonesia baru mencapai 0,89 persen. Angka ini lebih rendah dengan Malaysia yang mencapai 1,09 persen, Iran 1,79 persen, dan Mesir 1,9 persen.
Sumber: ugm.ac.id