Indonesia Masih Defisit Pengusaha
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3059
Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam masih harus mengimpor berbagai produk kebutuhan pokok masyarakat. Untuk kebutuhan pangan misalnya, dengan 70% wilayah nusantara yang terdiri dari lautan, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber daya pangan kelautan yang melimpah.
Ironisnya, hingga kini Indonesia masih harus mengimpor ikan dan garam. Selain itu, Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Padahal, hasil tambang Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Menurut pendiri Saratoga Capital, Sandiaga Uno, hal ini terjadi salah satunya disebabkan oleh masih minimnya jumlah pengusaha di Indonesia. “Saat ini Indonesia masih defisit pengusaha. Indonesia kaya sumber daya alam, tapi kita tidak punya perusahaan yang bisa mengolahnya. Akhirnya, kita hanya ekspor bahan mentah, diolah perusahaan asing, dan hasilnya dijual kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal,” ujar Sandiaga Uno dalam acara CEO Talk the Walk yang diselenggarakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Kamis (18/2).
Persoalan ini mendorong Sandiaga gencar berbicara kepada anak muda untuk membagikan pengalamannya serta mengajak mereka untuk terjun ke dunia bisnis. Dalam acara yang mengusung tema “Generasi Muda, Ekonomi, Bisnis, dan Politik” ini, ia menceritakan perjalanan kariernya yang sempat mengalami kegagalan sebelum akhirnya mencapai kesuksesan. “Konsep bahwa jalan menuju sukses itu lurus hanyalah ilusi. Dalam membangun usaha kita pasti akan menemukan berbagai tantangan, tapi dari pengalaman itu kita bisa belajar,” jelasnya.
Ia memaparkan bahwa saat ini tengah terjadi revolusi industri gelombang keempat yaitu memasuki era digital dan industri yang mulai merambah sektor teknologi. Hal ini membuat e-commerce semakin melejit dan perusahaan berbasis teknologi berkembang pesat. Revolusi ini memberi ruang bagi generasi muda untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat menggebrak dunia industri. Karena itu, ia mendorong para mahasiswa untuk berpikir kreatif dan peka dalam melihat peluang. “Acara seperti ini menjadi kesempatan untuk menciptakan entrepreneur-enterpreneur baru yang akan meneruskan tongkat estafet dari kami dan membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini ia juga menyampaikan bagaimana politik sangat berperan dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Kemajuan ekonomi, menurutnya, sangat bergantung kepada kondisi politik dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Oleh karena itu, ia mengajak generasi muda untuk tidak ‘alergi’ terhadap politik dan tidak takut untuk menyuarakan aspirasi. Sebaliknya, para pemuda harus bersikap aktif dan terus mengawal regulasi demi terciptanya iklim usaha yang kondusif.
Sumber: ugm.ac.id