Gagas Pengembangan Aplikasi Daur Ulang, Mahasiswa FEB UGM Raih Juara 1 Esai Nasional di Education Fair 2024
- Detail
- Ditulis oleh Orien
- Kategori: Prestasi
- Dilihat: 530
Nayla Phui Amazona mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2023 berhasil meraih Juara 1 kompetisi Esai Nasional di ajang Education Fair 2024 yang diselenggarakan oleh Lingkar Studi Pendidikan (LSP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS), pada 21 September 2024.
Perlombaan ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Untuk mencapai babak final, Phui berhasil menyisihkan 92 tim dari berbagai universitas terbaik di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, ITB, dan IPB.
Kesuksesan Phui menyabet juara pertama berkat gagasannya mengusung pemanfaatan aplikasi Daur Apps dalam upaya pengelolaan limbah tekstil. Dalam lomba tersebut ia mengangkat tema "Green Economy" dengan fokus pada produk ramah lingkungan yang dapat didaur ulang melalui aplikasi Daur Apps.
"Saya mengusulkan sebuah kasus pengelolaan limbah tekstil yang sudah tidak terpakai. Melalui aplikasi Daur Apps pengguna aplikasi dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan sekaligus mendapatkan insentif. Dengan cara ini, diharapkan lebih banyak orang akan terlibat dalam praktik daur ulang yang berdampak positif bagi keberlanjutan," paparnya Kamis (26/9).
Proses yang diusulkan dalam aplikasi Daur Apps cukup sederhana dan intuitif. Pengguna hanya perlu memotret pakaian yang sudah tidak digunakan lagi, lalu mengklik tombol "proses" di aplikasi. Setelah itu, pengguna akan mendapatkan insentif sebagai kompensasi untuk setiap pengembalian pakaian. Dengan memberikan insentif ini, diharapkan pengguna akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam program daur ulang yang dirancang untuk mengurangi limbah tekstil.
Selain itu, aplikasi Daur Apps juga menyediakan platform untuk menjual barang-barang daur ulang yang telah diproses sebelumnya. Aplikasi ini tidak hanya berperan sebagai sarana pengelolaan limbah, tetapi juga sebagai marketplace untuk produk ramah lingkungan.
"Inisiatif ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, yang menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya dan limbah secara berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik," kata Phui
Phui mengaku menghadapi cukup banyak tantangan saat mengikuti lomba ini. Sebelumnya, dia berada di posisi waiting list sebagai urutan ke-6 untuk perlombaan ini.
"Saya bisa mendapatkan kesempatan masuk final karena ada salah satu tim yang mundur," tuturnya.
Meski berhasil melaju ke babak final tak lantas membuat Phui bergembira. Pasalnya, penilaian dalam kompetisi ini 40% dari karya esai dan 60% dari presentasi di tahap final. Hal itu cukup membuat Phui merasa pesimis karena poin yang didapatkan untuk karya esai hanya 87, sementara peserta lain yang berada di urutan pertama mencetak rata-rata 91. Terlebih lagi, Phui adalah anggota tim tunggal, sedangkan tim lainnya terdiri atas dua orang. Namun, hal tersebut tidak membuat Phui merasa putus asa. Dia terus berusaha dan mempersiapkan diri agar dapat memberikan yang terbaik.
Akhirnya, segala usahanya membuahkan hasil yang maksimal. Phui merasa sangat senang dan bersyukur karena terpilih menjadi Juara 1. Ia berharap ke agar pencapaian ini menjadi motivasi bagi dirinya sendiri dan orang lain agar berani mencoba hal baru dan terus belajar meskipun mengalami kegagalan. Gadis ini ingin menunjukkan bahwa setiap kegagalan adalah pelajaran berharga yang membantu seseorang untuk terus bertumbuh. Dengan semangat itu, Phui berkomitmen untuk terus mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan. "Semoga keberhasilan ini menjadi awal dari banyak pencapaian lainnya di masa depan," tutupnya.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals