Merespon atas Perkembangan Teknologi dan Informasi yang Semakin Masif di Era Revolusi Industri 4.0
- Detail
- Ditulis oleh Leila
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4264
Dewasa ini, akuntan kian dibutuhkan di setiap dunia kerja mengingat setiap entitas mengelola dana serta memerlukan beragam informasi keuangan. Perusahaan, instansi pemerintahan, bahkan organisasi kemasyarakatan pun dituntut untuk menggaet individu yang kompeten di bidang akuntansi agar dapat menghasilkan informasi akuntansi yang andal dan relevan. Adanya urgensi pembelajaran sejak dini mengenai dunia akuntansi mendorong Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Yogyakarta bersama dengan Forum Diskusi Sistem Informasi - IAI Kompartemen Akuntan Pendidik dan Pendidikan Profesi Akuntan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Pusat Kajian Edukasi Akuntansi - Laboratorium Departemen Akuntansi FEB UGM menyelenggarakan Lokakarya bertajuk "Inovasi Pembelajaran Akuntansi Sekolah Menengah" pada 23 Juli lalu. Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Pertamina Tower lt.5 FEB UGM ini menjadi wujud kepedulian sosial institusi perguruan tinggi dan profesi untuk ikut terlibat aktif dalam pengembangan akuntansi di Indonesia.
Dalam acara tersebut, Prof. Dr. Slamet Sugiri, Ketua Program Pendidikan Profesi Akuntan FEB UGM, mengupas perihal perkembangan profesi akuntansi dan tantangan pembelajaran mata pelajaran akuntansi. Slamet menjelaskan mengenai perkembangan profesi akuntansi yang mana kini Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mampu menyediakan 97 persen lapangan pekerjaan. Berkaitan dengan pencatatan akuntansi UMKM, IAI menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) yang merupakan laporan keuangan yang dirancang secara khusus sebagai patokan standar akuntansi keuangan pada UMKM. Laporan keuangan EMKM ini berkontribusi besar dalam proses pengambilan keputusan, pembiayaan dari industri perbankan, akuntabilitas, serta lampiran pelaporan pajak. Laporan keuangan tersebut minimum mencakup Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode, Laporan Laba Rugi selama periode, serta Catatan Atas Laporan Keuangan.
Seiring dengan perkembangan zaman, EMKM memiliki beberapa batu sandungan, seperti kesulitan akses sumber pendanaan (perbankan), lebih bergantung pada satu jenis produk, sistem pengendalian anggaran yang kurang memadai, dan kurangnya teknologi serta peralatan baru. Sebagai respon atas hal tersebut, Internet of Things (IoT) dapat menjadi salah satu solusi yang dapat dilirik oleh para pelaku EMKM dalam memasarkan produknya, misalnya melalui toko, pemasaran, dan pembayaran berbasis online. Cloud computing pun dapat diadopsi dalam sistem EMKM sehingga perusahaan tidak perlu membuat atau membeli software akuntansi. Selain itu, cloud computing mampu mempermudah akuntan dalam mencatat transaksi bisnis dan memungkinkan pemilik dapat mengakses laporan keuangan secara real time.
Hal ini memunculkan suatu tantangan baru dalam pembelajaran akuntansi. Terlebih, kelak peran akuntan dalam pencatatan akan tergantikan oleh Artificial Intelligence (AI). Oleh karena itu, pembelajaran akuntansi harus mampu mengintegrasikan isu-isu tersebut ke dalam materi pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah harus mampu mengintegrasikan pendidikan dengan kebutuhan industri. Revolusi pembelajaran dapat dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan industri nasional maupun internasional, praktek membuat aplikasi penyusunan laporan keuangan sederhana, pembekalan, pembelajaran yang melatih softskills, serta sertifikat pendukung keahlian. Dengan adanya bekal tersebut, lulusan diharapkan siap berkontribusi sebagai pelaku EMKM yang mandiri dan modern.
Acara ini juga turut mengupas mengenai pembelajaran akuntansi era 4.0 yang disampaikan oleh Sukirno D.S. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin masif, menuntut seseorang memiliki kompetensi untuk bekerja, berwirausaha, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan teknologi digital. Revolusi industri 4.0 membawa tantangan pendidikan mulai dari akses pendidikan yang belum merata hingga kemampuan mengintegrasikan internet dan informasi dengan lini industri yang masih rendah. Oleh karena itu, kurikulum dalam bentuk education 4.0 dinilai dapat bergerak secara dinamis mengikuti kebutuhan zaman. Melalui sistem ini, teknologi informasi dan internet dapat diakses oleh siapa pun dan di mana pun, investasi dalam human resource harus diutamakan, universitas dapat dijadikan sebagai dasar perkembangan teknologi, serta adanya kolaborasi internasional.
Sumber: Leila Chanifah Zuhri/ Sony Budiarso