Peran Akuntan dan Masa Depan Akuntansi dalam Era Transformasi Digital
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 43061
Di era saat ini akuntansi ada pada kondisi dinamika perubahan baik dari segi pengetahuan, profesi, dan lain sebagainya. Apalagi di era transformasi digital saat ini, ilmu akuntansi berkembang pesat dan dituntut untuk terus bisa beradaptasi. Menyikapi hal tersebut, Program Magister Sains dan Doktor (MD) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan webinar diskusi ilmiah yaitu MD REFO (Magister Sains dan Doktor Research Forum) Seri Ketiga pada Jumat (17/12/2021). Forum ilmiah ini membawa topik "Transformasi Digital dan Masa Depan Akuntansi", dan dimoderatori oleh Aviandi Okta Maulana, M.Acc., Ph.D., Dosen Departemen Akuntansi FEB UGM. Dilaksanakan secara daring, webinar ini dihadiri dari berbagai pihak, di antaranya mahasiswa, akademisi, praktisi, dan masyarakat umum. Webinar seri ketiga MD REFO ini menghadirkan Narasumber yaitu Syaiful Ali, M.I.S., Ph.D., Dosen Departemen Akuntansi FEB UGM dan Dewan Sertifikasi Akuntan Profesional.
Mengawali webinar dengan penjelasan Transformasi Digital, Syaiful Ali menjelaskan bahwa sebenarnya, era digital sudah berkembang sejak sebelum pandemi, di mana banyak perusahaan melakukan investasi di bidang IT (Information and Technology). Proses akselerasi transformasi digital akhirnya semakin besar dengan adanya pandemi. Hal ini dikarenakan banyak perubahan yang terjadi, seperti social distancing, yang mengakibatkan semua hal dilakukan berbasis digital. Perubahan besar-besaran ini kemudian dikenal dengan istilah double disruption.
"Pandemi membuat organisasi melakukan transformasi digital. Dengan adanya pandemi proses transformasi digital menjadi semakin cepat, kita mengalami double disruption, pertama terkait dengan Investasi IT, kedua terkait pembatasan aktivitas ekonomi yang membuat organisasi harus adaptif terhadap perubahan-perubahan yang ada", kata Ali.
Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan bagi ketahanan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya bertahan dan terus beradaptasi. Solusinya, perusahaan harus adaptif dalam merespon segala perubahan yang ada. Salah satunya adalah merespon perubahan society, termasuk kebiasaan konsumen, yang mulai beralih ke transaksi digital.
"Transformasi digital, di-trigger oleh perubahan yang sifatnya disruptif dan digunakan oleh masyarakat atau konsumen, misalnya media sosial, analytics, Internet of Things (IoT), ini semua teknologi yang sering dipakai dan mendisrupsi perilaku dari konsumen", jelas Ali.
Apalagi ketika proses bisnis saat ini bergeser ke digital, organisasi mempunyai data yang sangat besar. Celah ini perlu direspon secara baik oleh organisasi. Untuk itu, Ali berpendapat bahwa organisasi perlu melakukan strategic response yang terdiri dari dua strategi, yaitu strategi bisnis digital, dan strategi transformasi digital.
"Bisnis digital adalah bagaimana organisasi mengatur business model-nya seperti apa, sedangkan transformasi digital adalah peralihan dari era analog atau tradisional menjadi fully digital", papar Ali.
Ketika terjadi perubahan transformasi digital, organisasi harus menyesuaikan beberapa perubahan yang ada. Salah satunya adalah terkait struktur organisasi, budaya organisasi, kepemimpinan, serta peran dan kemampuan karyawan. Perusahaan memiliki beberapa barrier atau tantangan yang membatasi suatu organisasi atau perusahaan untuk bertransformasi digital. Perubahan tersebut, menurut Ali, pertama adalah Inertia organization, kondisi dimana organisasi tidak mau berubah karena sudah nyaman dengan kondisi yang ada saat itu. Selain itu, terdapat tantangan resistance employee, dimana karyawan tidak mau melakukan perubahan. Kedua risiko ini perlu dikelola agar organisasi sukses dalam bertransformasi digital.
"Transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi tanpa yang lainnya (struktur organisasi, budaya organisasi, kepemimpinan, serta peran dan kemampuan karyawan), tidak akan memberikan value creation yang kita inginkan", katanya.
Peran Akuntan dalam hal ini menurut Ali, pertama, dapat andil dalam penyusunan strategic response. Akuntan yang memahami perkembangan teknologi akan tahu apa perkembangan teknologi terkini dan membantu perusahaan membangun strategic response. Di area value creation, akuntan bisa menggunakan Big Data, Data Analytics untuk membangun organisasi lebih Agile. Selain itu, Akuntan juga bisa berperan dalam structural changes, membantu organisasi memanfaatkan teknologi terbaru.
Ali memberi contoh bahwa transformasi digital dalam akuntansi adalah pemrosesan hutang dan piutang, Digitalisasi dalam Proses Pengadaan, Digitalisasi dalam proses audit, dan lain sebagainya. Akuntan menurutnya, dapat ikut serta dalam pengelolaan keuangan dan proses audit secara digital. Oleh karena itu, diharapkan kemampuan akuntan dalam aspek digital harus terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
"Akuntan secara domain paham sekali knowledge akuntansi dan apabila ditambah digital knowledge yang kuat, akan menjadi sweet combination, akuntan akan terus berperan di era transformasi digital.", tutupnya.
Reportase: Sony Budiarso/Kirana Lalita Pristy