Public Lecture: Ekonomi Politik Anggaran dan Dunia Usaha - Pengalaman Empiris 10 Tahun
- Detail
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2792
Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM) bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta menyelenggarakan public lecture “Ekonomi Politik Anggaran dan Dunia Usaha: Pengalaman Empiris 10 Tahun” dengan narasumber Anggito Abimanyu, Ph.D. Acara ini khusus diselenggarakan untuk menyambut kepulangan Anggito Abimanyu ke dalam lingkungan kampus FEB UGM. Anggito Abimanyu adalah alumnus dan staf pengajar tetap di FEB UGM yang sejak tahun 1999 hingga Mei 2010 mengabdikan dirinya di Departemen Keuangan RI dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Bidang Kebijakan Fiskal. Pada pertengahan tahun 2010 ini, Anggito Abimanyu memutuskan untuk kembali menekuni profesinya sebagai staf pengajar dan peneliti di almamaternya, FEB UGM.
Public lecture diselenggarakan pada Kamis, 10 Juni 2010 pkl. 10.00-12.30 WIB di Auditorium MMUGM Kampus Yogyakarta. Acara berlangsung meriah dan istimewa karena tidak hanya dihadiri oleh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, di lingkungan FEB UGM namun juga dihadiri oleh kalangan birokrat, praktisi, budayawan, dan para pekerja media baik tingkat lokal maupun nasional. Tamu dari kalangan birokrat yang hadir antara lain Iskandar Saleh (Sekretaris Kementerian Negara Perumahan Rakyat), Herry Zuhdianto (Walikota Yogyakarta), Rama Pratama (anggota Badan Supervisi Bank Indonesia), serta sejumlah pejabat dari Departemen Keuangan RI, Bank Indonesia, Pertamina, Perusahaan Listrik Negara, dan beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan dari kalangan praktisi, tampak hadir perwakilan dari beberapa lembaga perbankan dan sejumlah pengurus Kamar Dagang Indonesia. Chairul Tanjung (Komisaris Utama PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) dan sejumlah jurnalis media cetak dan elektronik juga nampak hadir dan secara khusus meliput acara ini. Acara terasa lebih istimewa dengan kehadiran sastrawan Taufik Ismail, seniman Butet Kartaredjasa, dan musikus Dwiki Dharmawan.
Rangkaian acara diawali dengan sambutan dari Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Direktur Program MM FEB UGM yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta. Prof. Lincolin Arsyad menyampaikan bahwa penyelenggaraan acara ini sebagai wujud dari dukungan dan ucapan selamat datang dari civitas akademika FEB UGM kepada Anggito Abimanyu. Selanjutnya, Prof. Marwan Asri, Ph.D., Dekan FEB UGM, juga turut memberikan sambutannya. Prof. Marwan Asri mengatakan bahwa seluruh civitas akademika FEB UGM menyambut hangat kepulangan Anggito Abimanyu ke lingkungan FEB UGM. Menurut penuturan Prof. Marwan Asri, pada saat mendengar keinginan Anggito Abimanyu untuk kembali ke kampus, maka ia pun menjawab:“UGM adalah rumahmu, maka pulanglah ke pangkuannya.” Sambutan-sambutan yang disampaikan di awal acara ini membuat suasana auditorium yang dipadati oleh kurang lebih 500 hadirin yang semula ceria berubah menjadi haru. Taufik Ismail yang selanjutnya tampil membacakan puisi berjudul “Kita Rindu Menaiki Gerbong Cahaya” membuat suasana menjadi hening. Puisi ini menceritakan tentang kerinduan rakyat Indonesia akan kebenaran dan kejujuran yang telah lama menghilang dari negeri ini.
Tidak ingin membiarkan hadirin terlalu lama larut dalam keharuan, Anggito Abimanyu selanjutnya menyampaikan kuliah umumnya yang menguraikan pengalamannya selama 10 tahun bekerja di Departemen Keuangan. Materi kuliah disampaikan secara ringkas namun menarik selama kurang lebih 45 menit. Dalam paparannya, Anggito menjelaskan tentang peran APBN sebagai indikator kebijakan moneter, APBN sebagai jangkar perekonomian, serta APBN sebagai indikator kenaikan peringkat utang. Selama 10 tahun masa kerjanya di Departemen Keuangan, banyak peristiwa penting yang terjadi, antara lain penandatanganan LoI dengan IMF, rescheduling Paris Club, Divestasi Indosat, Divestasi BCA, keluarnya IMF dari Indonesia, kenaikan harga BBM, pemberian Bantuan Tunai Langsung (BLT), kasus Bank Century, krisis keuangan global, krisis listrik, cost recovery migas, hingga pemberlakuan Free Trade Area (FTA) dengan China. Anggito juga menceritakan tentang beberapa reformasi yang dilakukan oleh Departemen Keuangan RI dalam anggaran, antara lain pemisahan perencana dan pelaksana, penyusunan job description dan job grading, penyusunan Key Performance Indicator (KPI), perfomance based dan SOP sampai dengan level pelaksana, serta pemberian remunerasi sesuai dengan grading dan pencapaian Key Performance Indicator (KPI).
Pada kesempatan ini, Anggito tak lupa menceritakan tentang suka dukanya selama menjadi birokrat yang sering bersinggungan dengan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dari pengalamannya, Anggito menyimpulkan bahwa penyusunan APBN adalah berdasarkan pertimbangan ekonomi dan ditetapkan dalam proses politik di DPR. Pertimbangan ekonomi artinya sesuai dengan tujuan ekonomi dalam arti luas, sedangkan proses politik berarti penetapan besaran APBN adalah atas dasar kursi di DPR. Jadi penyusunan APBN memerlukan strategi tentang bagaimana memadukan pertimbangan ekonomi dan proses politik di DPR. Anggito pun menyampaikan bahwa 10 tahun masa pengabdiannya di Departemen Keuangan adalah suatu journey yang melelahkan, menegangkan, menjengkelkan, menyenangkan, dan mengandung resiko.
Setelah Anggito selesai menyampaikan kuliah umumnya, seniman Butet Kartaredjasa tampil menghibur hadirin dengan monolognya yang berjudul “Kemenangan Harga Diri dan Moral”. Dengan gayanya yang santai dan jenaka, Butet menyampaikan bahwa kepulangan Anggito ke lingkungan kampus bukanlah merupakan suatu kekalahan namun melambangkan kemenangan harga diri dan moral.
Di akhir acara, Anggito mengajak Dwiki Dharmawan menghibur para hadirin dengan permainan musik mereka. Dengan ditemani oleh 2 pemain perkusi asal Yogyakarta dan Bandung, Anggito memamerkan kepiawaiannya bermain flute. Dwiki Dharmawan mengatakan kepada para hadirin bahwa dia secara khusus datang ke Yogyakarta untuk memenuhi undangan Anggito mengisi acara public lecture ini sebagai ungkapan rasa terima kasih atas perhatian dan dukungan Anggito kepada dunia seni di Indonesia semasa Anggito menjadi birokrat.
Sumber: www.mmugm.ac.id