Membumikan Web3 di Kalangan Mahasiswa
- Detail
- Ditulis oleh Rizal
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1136
Jum'at (20/10), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), bekerja sama dengan IDNFT, mengadakan seminar terkait industri Web3 yang diselenggarakan di auditorium lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM. Acara dimulai dengan sambutan dari Arizona Mustika Rini, SE, M.Bus(Acc)., Ph.D., Ak., CA selaku perwakilan dari FEB UGM. Kemudian, Founder dari IDNFT, yaitu Budi Santosa, turut memberikan sepatah dua patah pengantar.
IDFNT merupakan komunitas yang berfokus pada edukasi Web3 ke masyarakat dengan lebih dari 8.500 anggota pada platform Discord. Sementara itu, Web3 on Campus adalah program seminar kolaborasi dari komunitas tersebut dengan 15 kampus di Indonesia untuk mengenalkan Web3 terhadap mahasiswa. Sesi seminar dimoderatori oleh Ni Kadek Ayu Pratiwi, Staf Partnership and External Relations di Center for Digital Society UGM. Seminar ini terbagi menjadi dua sesi dengan topik bahasan yang berbeda.
Pengenalan Industri Web3 oleh Tokocrypto
Sesi pertama diisi oleh Wan Iqbal yang merupakan Chief Marketing Officer di Tokocrypto. Pada kesempatan ini, Iqbal menjelaskan terkait apa yang dimaksud dengan bitcoin. Kemunculan bitcoin dimulai dengan perkembangan internet yang memungkinkan keberadaan transfer data, informasi, dan value (nilai). Hal tersebut menghasilkan teknologi yang dinamakan blockchain. Perkembangan teknologi blockchain lantas melahirkan aset kripto yang pertama kali diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pada 2009.
Kemudian, ia menekankan tiga sifat dari bitcoin, yakni merakyat, transparan, dan dapat diandalkan. Bitcoin dianggap “merakyat” karena tidak memiliki principal owner sehingga seolah diciptakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Selain itu, aset tersebut bisa dimiliki dengan nilai berapapun, dapat diakses di mana pun, dan kapan pun. Terlebih, bitcoin mampu menyediakan biaya yang lebih terjangkau dan cepat (bitcoin lightning network). Aset satu ini juga bersifat “transparan” dan “dapat diandalkan” karena selalu tersedia selama 24 jam.
Iqbal kemudian memaparkan apa saja keuntungan dari berinvestasi bitcoin. Bitcoin dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk menabung sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman online. Selain itu, bitcoin juga mampu menjadi solusi untuk melawan inflasi karena tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih tinggi. Keuntungan lain adalah harga bitcoin yang terus menerus naik sehingga berpotensi untuk memupuk profit. Apalagi, bitcoin yang diinvestasikan dalam mata uang dolar akan menghindari potensi depresiasi rupiah.
Masyarakat yang masih awam terhadap blockchain, aset kripto, dan Web3 dapat mempelajarinya melalui laman TokoCrypto, sebuah platform untuk melakukan jual beli aset crypto. Selain itu, masyarakat juga turut mempraktikkan langsung transaksi aset melalui platform ini. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh platform TokoCrypto membuatnya cocok untuk digunakan pemula dalam industri aset kripto. Sesi tanya jawab bersama audiens pun mengakhiri sesi pertama dari acara hari ini.
Revolusi Industri Digital Terdesentralisasi: Menggali Potensi Industri Web3, Blockchain, Crypto, NFT dan Metaverse
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua berupa talkshow yang diisi oleh dua narasumber, yakni Dery dari Near Indonesia, Yanuar selaku De-Fi Lead Factor Dao, serta Budi Santoso sebagai Founder dari IDNFT. Sesi dimulai dengan pembahasan terkait istilah-istilah yang ada dalam investasi kripto. Pertama, Dery memaparkan bahwa Web3 merupakan peningkatan level dari Web2 (internet yang kita kenal saat ini) akibat adanya teknologi blockchain. Blockchain dapat diibaratkan sebagai buku yang digunakan untuk mencatat keuangan, semisal antara orang yang berutang dan pemberi pinjaman. Catatan ini kemudian dimiliki oleh banyak orang di dunia sehingga transaksi antara kedua pihak tadi tidak dapat dimanipulasi. Sementara itu, aset kripto merupakan mata uang yang didasarkan dari teknologi blockchain.
Yanuar kemudian menambahkan bahwa keberadaan blockchain bermanfaat untuk menghilangkan mediator atau kustodian dalam suatu transaksi. Mediator tersebut dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari, seperti platform ojek online maupun lembaga keuangan yang umumnya menjadi perantara dalam transaksi. Keberadaan blockchain lantas memungkinkan transaksi dapat terjadi tanpa perantara-perantara tersebut. Dengan demikian, biaya transaksi pun menjadi lebih terjangkau karena ketiadaan biaya perantara.
Selanjutnya, Budi pun turut membagikan perspektifnya. Jika diibaratkan sebagai toko, NFT merupakan produk yang dijual di toko tersebut. Sementara itu, aset kripto dianggap sebagai mata uang yang berlaku dalam pelaksanaan transaksi. Blockchain sendiri diibaratkan sebagai pencatatan keuangan, sementara Web3 dialegorikan sebagai platform internet yang menjadi sarana terlaksananya transaksi.
Pembahasan dilanjutkan dengan topik terkait apa yang membedakan aset kripto dengan uang yang kita kenal saat ini. Yanuar menjelaskan bahwa penciptaan bitcoin oleh Nakamoto dimaksudkan agar tercipta uang yang tidak memerlukan pihak ketiga dalam transfernya dan tak terikat oleh kebijakan moneter dari bank sentral. Suplai bitcoin dihasilkan dari transaksi ekonomi, bukan dari penciptaan oleh bank sentral, sehingga tidak dapat diutilisasi sebagai medium kebijakan moneter. Selain itu, bitcoin pun tidak memerlukan perantara layaknya uang tunai yang perlu kita “titipkan” atau transaksikan melalui bank.
Selanjutnya, Budi dan Dery menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam industri aset kripto. Masih banyak masyarakat yang belum teredukasi terkait industri ini. Tantangan juga ditimbulkan oleh permasalahan keamanan dari aspek siber yang menjadi platform utama transaksi aset kripto. Selain itu, regulasi bagi produk-produk kripto masih memerlukan reformasi regulasi yang lebih kuat. Setelah mengulik dunia kripto secara komprehensif, sesi tanya jawab dan pemberian plakat kepada pembicara menutup keseluruhan rangkaian acara pada hari ini.
Reportase: Rizal Farizi