Kisah Johar Penerima Beasiswa KIP-K Lulus Cumlaude di FEB UGM, Jadi Sarjana Pertama di Keluarga
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1086
Bisa kuliah di perguruan tinggi tentu menjadi impian setiap orang. Begitu juga dengan Johar Ma’mun (22) seorang anak petani asal sebuah dusun kecil di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dia tidak pernah menyangka bisa diterima kuliah di UGM Program Studi (prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Bahkan kini dia berhasil lulus dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,75 dengan predikat cumlaude.
Sarjana Pertama di Keluarga
Johar merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang terlahir dari pasangan Muhlasin (64) dan Saminah (64). Sang ayah merupakan petani yang bahkan tidak lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD). Namun siapa sangka dari keluarga ini bisa lahir sarjana pertama yang membanggakan keluarga besarnya.
Johar bercerita keinginan untuk berkuliah sangatlah besar. Namun, melihat kondisi keluarga dengan keterbatasan ekonomi dia tidak secara terang-terangan menunjukkan niatnya itu. Terlebih tidak ada sejarah dalam keluarga besarnya yang mengecap pendidikan tinggi. Bapak dan ibunya bahkan putus sekolah saat kelas tiga sekolah dasar karena terkendala biaya. Sementara kakak pertama dan kedua Johar baru berhasil menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Lalu kakak ketiganya berhasil menamatkan pendidikan hingga bangku SMK atau setara SMA.
“Selepas SMP benarnya Bapak ingin saya melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren karena keluarga semua ke pesantren. Namun ibu mendukung saya melanjutkan ke SMA karena melihat nilai-nilai saya saat SMP bagus, selalu juara kelas. Begitupun para guru di sekolah yang mendorong saya untuk melanjutkan ke SMA,” paparnya.
Dari momen itulah Johar semakin menguatkan keyakinan untuk menggapai impian meraih pendidikan di perguruan tinggi. Johar pun melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Cilacap. Saat di bangku SMA pun Johar berhasil menorehkan prestasi. Selain menempati posisi juara kelas, dia juga kerap mengikuti berbagai kompetisi, salah satunya Olimpiade Ekonomi.
Rencana Tuhan adalah Terbaik
Selepas lulus SMA, Johar pun menyampaikan keinginan untuk kuliah secara terang-terangan kepada orang tuanya. Mafhum dengan kondisi keluarga, Johar meyakinkan orang tuanya ia akan mencari beasiswa kuliah.
“Awalnya orang tua ragu, tetapi saya sampaikan ke orang tua jika ada beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) yang diberikan oleh pemerintah bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Saya meyakinkan mereka bahwa akan memanfaatkan peluang tersebut,” tuturnya.
Akhirnya Johar mendaftar kuliah melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2020 dan berhasil diterima di Universitas Diponegoro. Kala itu sebenarnya keinginan masuk UGM sangat kuat, tetapi dia tidak memilihnya karena melihat ketatnya persaingan masuk universitas ternama Indonesia ini. Meski telah diterima masuk perguruan tinggi lewat jalur SBMPTN, hari kecil Johar masih sangat berharap untuk bisa kuliah di UGM. Lalu, dia kembali memanfaatkan peluang terakhir masuk UGM melalui jalur Ujian Mandiri (UM) UGM dengan pilihan prodi Akuntansi FEB UGM.
“Begitu tahu diterima, saya sangat senang. Ternyata ketakutan saya tidak bisa masuk UGM terpatahkan. Orang tua pun langsung menangis dan sujud syukur mengetahui saya diterima di UGM,” ungkapnya.
Meski bahagia dapat masuk universitas impian, Johar dan keluarga besarnya masih menyimpan kecemasan akan biaya kuliah. Ada ketakutan jika nantinya Johar tidak lolos mendapatkan beasiswa KIP-K. Nyatanya, kekhawatiran itu kembali terpatahkan karena Johar dinyatakan lolos menjadi salah satu penerima beasiswa KIP-K.
Beasiswa itu membantu kehidupan Johar selama menjalani studi di FEB UGM. Tidak ada lagi alasan keterbatasan ekonomi menjadi hambatan baginya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Mahasiswa Angkatan Corona
Tahun 2020 merupakan tahun yang membahagiakan bagi Johar. Namun di tahun tersebut menjadi tahun terburuk bagi hampir sebagian besar masyarakat dunia karena pandemi Covid-19. Diterima kuliah di saat pandemi menjadikan Johar harus menjalani kuliah dengan sistem daring. Di awal-awal kuliah ia sempat tidak percaya diri karena laptop yang dimilikinya belum bisa mendukungnya menjalani kuliah secara daring.
“Kebetulan awal kuliah itu online, sementara laptop saya belum mendukung untuk itu. Kan, harus banyak download aplikasi untuk kuliah online, laptop sering ngelag ditambah sinyal tidak maksimal karena saya kan tinggalnya di desa,” kenangnya.
Bukan Johar jika langsung menyerah saat menghadapi ujian dari tuhan. Berbagai ujian yang ada justru kian menguatkan tekad Johar untuk kian giat berusaha. Saat sudah menjalani kuliah secara luring, dia pun memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Tak hanya aktif di perkuliahan, lelaki berkacamata ini juga aktif mengikuti beragam kompetisi. Dia pun berhasil menorehkan sederet prestasi, beberapa diantaranya 1st Runner up of Auditphoria 4.0 Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN (2023), 1st Winner of Accounting Excellence Olympiad Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN (2023), 1st Runner up of Pekan Ilmiah Akuntansi (PIA) Universitas Jenderal Soedirman (2023), 1st Runner up of Indonesia Sharia Financial Olympiad Otoritas Jasa Keuangan (2023), dan 1st Winner of LCC SEMARCOOPFEST Universitas Sebelas Maret (2021). Johar juga sempat melakukan magang di beberapa perusahaan atau institusi di tanah air untuk mengasah kemampuannya sebelum terjun dalam dunia pekerjaan yang sesungguhnya.
Bukti Keterbatasan Bukan Hambatan
Berbagai usaha keras yang dilakukan Johar membuahkan hasil manis. Tak hanya lulus dengan predikat cumlaude, dia berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan Big 4 kantor akuntan publik yakni Ernst and Young.
Kisah Johar ini telah membuktikan pada dunia bahwa keterbatasan bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Melalui ketekunan, usaha keras, serta doa, Johar yang merupakan seorang anak petani dari sebuah desa kecil berhasil menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dicapai di dunia.
“Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga seperti apa. Jangan pernah menyerah, selagi masih ada kemampuan disertai kerja keras akan banyak kesempatan dan kemungkinan yang bisa didapatkan. Nikmati setiap perjalanan karena dari setiap perjalanan bisa menempa kita menjadi sosok yang lebih baik kuat,” pungkasnya.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals