Mengungkap Rahasia Sukses Kepemimpinan dan Negosiasi di Pelatihan Soft Skill FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Najwah
- Kategori: Berita
- Dilihat: 472
Kemampuan memimpin dan negosiasi merupakan faktor yang turut berpengaruh terhadap pencapaian kesuksesan. People Development and Learning Director di LOreal Indonesia, Yanuar Kurniawan berbagi wawasan tentang bagaimana kepemimpinan yang efektif dan negosiasi yang baik dalam pelatihan soft skill bertajuk "Leading with Influence: Leading and Negotiating for Success" yang berlangsung pada 25-26 Oktober 2024 di Djarum Hall Pertamina Tower dan Lantai 8 Gedung Pembelajaran FEB.
Dalam sesi pelatihan yang diselenggarakan oleh Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM ini, Yanuar menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengelola tim menjadi sebuah tuntutan saat berkarir. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya belajar kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan untuk menjadi pemimpin.
“Ketika baru bekerja, kemampuan teknis memang lebih diperlukan karena kita tidak langsung akan memimpin sebuah tim. Akan tetapi, seiring perkembangan karier dan kenaikan jabatan, kita akan dituntut untuk menjadi pemimpin sehingga kemampuan kepemimpinan menjadi sangat penting,” jelasnya Jum’at (25/10) di FEB UGM.
Di hadapan mahasiswa FEB UGM, Yanuar menjelaskan konsep kepemimpinan situasional, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian dan kemampuan orang yang berbeda-beda. Pada gaya kepemimpinan ini, para pemimpin perlu mengetahui apa saja yang perlu dikembangkan dari setiap individu dan bagaimana mereka dapat membantu perkembangan tersebut.
Yanuar juga memaparkan mengenai empat jenis gaya kepemimpinan yang dapat disesuaikan dengan tahap perkembangan anggota. Pertama, directing yang sering digunakan untuk anggota pemula yang memiliki kompetensi rendah. Kedua, coaching yang digunakan untuk anggota yang sebenarnya sudah cukup mampu, hanya saja masih membutuhkan arahan dan motivasi. Ketiga, supporting yang digunakan untuk anggota yang sudah sangat mampu hanya saja masih membutuhkan arahan dan dorongan. Keempat, delegating yang dapat digunakan untuk anggota mandiri yang dapat bekerja hanya dengan perintah.
“Diagnosis tahap perkembangan pegawai ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan gaya kepemimpinan. Jangan sampai pegawai yang membutuhkan directing justru diberikan delegating, karena mereka malah akan kebingungan,” paparnya.
Dalam pelatihan ini, Yanuar juga membahas mengenai pentingnya kemampuan negosiasi sebagai keterampilan pelengkap kepemimpinan. Hal ini dikarenakan, sebagai seorang pemimpin kita harus dapat mempertahankan kepentingan kita saat berhadapan dengan pihak lain. Ia menjelaskan lima jenis gaya negosiasi utama yaitu akomodatif, menghindar, kompetitif, kolaboratif, serta kompromis. Kelima gaya negosiasi tersebut memiliki pendekatan berbeda dalam mencapai tujuan.
Selain membagikan teknik-teknik negosiasi, Yanuar memperkenalkan konsep Zone of Possible Agreement (ZOPA) atau wilayah yang memungkinkan dicapainya konsensus bersama dan Best Alternatives to Negotiated Agreement (BATNA) yang merupakan alternatif penyelesaian jika persetujuan tak dicapai dalam proses negosiasi. “Meskipun begitu, tetap saja tak semua negosiasi akan berakhir menjadi win-win solution. Oleh karena itu, kita perlu berpikir strategik dan persuasif,” ujar Yanuar.
Di akhir sesi Yanuar menjelaskan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam negosiasi. Beberapa diantaranya seperti pendekatan rasional persuasif, pendekatan inspirasional, pendekatan dengan membangun kedekatan dengan pihak lawan sebelum bernegosiasi, dan pendekatan hubungan personal. Berikutnya, pendekatan pertukaran, pendekatan penekanan hingga pendekatan legitimasi dengan menggunakan jabatan atau otoritas untuk memaksa pihak lain.
Pelatihan soft skill ini diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjadi pemimpin yang cakap, baik di dunia perkuliahan maupun di dunia kerja. Dengan bekal keterampilan kepemimpinan yang solid, mahasiswa akan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri, sehingga dapat berkontribusi sebagai agent of change di lingkungan mereka masing-masing.
Reporter: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals