Dosen FEB UGM Paparkan Inovasi Pewarna Alami Mangrove di Konferensi URSWAP di China
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 266
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A., berpartisipasi dalam konferensi internasional 2024 Seminar of UNESCO Regional Network of Natural Products Chemistry for Safety and Well-being in Pan-Asia and the Pacific (URSWAP). Konferensi tersebut berlangsung pada 12-14 Desember di Shanghai, China.
Konferensi URSWAP merupakan hasil kolaborasi antara Shanghai Institute of Material Medica (SIMM), UNESCO, Alliance of International Science Organizations (ANSO), dan UNESCO Regional Network of Natural Product Chemistry for Safety and Well-being in PAN ASIA and the Pacific (URSWAP). Pada kegiatan ini mengambil tema pengembangan dan pemanfaatan produk alami untuk kesejahteraan manusia. Kegiatan ini diikuti peserta dari berbagai negara dunia seperti Uzbekistan, Turkmenistan, Azerbaijan, Mongolia, Laos, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, Indonesia, dan China. Forum ini menjadi wadah diskusi global mengenai inovasi berbasis sumber daya alam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Catur Sugiyanto yang merupakan anggota dari Institute for Natural Dyes Innovation (INDI) UGM berpartisipasi dalam konferensi ini untuk mempresentasikan makalah berjudul "Applying Contract Farming to Mangrove Farmers: Supporting Natural Dye Sources from Mangrove,". Ia memaparkan tentang potensi penerapan model kontrak tani untuk petani mangrove di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
“Penelitian ini mendukung program Shanghai Institute of Material Medica (SIMM) dengan memanfaatkan pewarna alami dari mangrove sebagai alternatif yang lebih sehat bagi manusia. Selain itu pewarna alami ini juga ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis dalam mendukung industri tekstil yang berkelanjutan,” jelasnya.
Catur menekankan bahwa pelestarian mangrove tidak hanya sebagai sumber pewarna alami. Tanaman mangrove juga memiliki fungsi penting dalam melindungi masyarakat pesisir dari abrasi dan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim. Tak hanya itu, mangrove juga menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan dan hewan laut sehingga berkontribusi pada keberlanjutan sumber daya perikanan.
“Mangrove juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,” tambah Catur.
Dalam model kontrak tani yang diusulkan, lanjutnya, petani mangrove akan bekerja sama dengan industri tekstil, seperti Gama Indigo di bawah naungan INDI UGM untuk memproduksi dan memasarkan pewarna alami dari kulit kayu mangrove. Melalui pendekatan tersebut diharapkan ekosistem mangrove tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga dilestarikan untuk generasi mendatang. Pada model ini juga mencakup dukungan teknis, akses pasar, dan pengelolaan berbasis komunitas untuk menjaga kualitas serta kepatuhan terhadap standar lingkungan.
Catur mengungkapkan penerapan kontrak tani dapat memberikan insentif ekonomi yang stabil bagi petani mangrove sekaligus memastikan keberlanjutan ekosistem mangrove. Program ini secara langsung mendukung pencapaian beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) seperti konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, aksi iklim , dan pengentasan kemiskinan. Dengan dukungan kolaborasi antara SIMM, UNESCO, ANSO, dan URSWAP, Catur berharap pendekatan yang ditawarkan dapat menginspirasi kerjasama lintas sektor dalam mendukung kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan secara global.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals