Tantangan Pendidikan Akuntansi dan Profesi Akuntan dalam Era Kenormalan Baru
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 21434
Pandemi Covid-19 membawa dampak signifikan terutama dari banyaknya perubahan aspek regulasi dan kebijakan, sampai tantangan terhadap perubahan sektor akuntansi dan pendidikan. Pada Jumat(4/9) Program Studi Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Forum Dosen Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd) menyelenggarakan Seminar Akuntansi dan Regulasi (SNAR) dengan topik "Pendidikan Akuntansi dan Profesi Akuntan dalam Kenormalan Baru". Seminar digelar secara online melalui platform Zoom Webinars dan disiarkan secara langsung melalui saluran YouTube Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Seminar dimoderatori oleh Zuni Barokah, M.Comm., Ph.D., CA. Dosen FEB UGM, yang juga menjadi Koordinator Pusat Kajian Akuntansi dan Regulasi UGM. Hadir dalam seminar, narasumber yang ahli di bidang Pendidikan Profesi Akuntansi dan Akuntan, diantaranya adalah Prof. Dr. Ainun Na'im, MBA. Selaku Sekretaris Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sekaligus Dosen FEB UGM, Djohan Pinnarwan sebagai Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI dan Partner Pricewaterhouse Coopers Indonesia, serta Singgih Wijayana, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen FEB UGM yang juga menjabat sebagai Anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK).
Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Ainun Na’im. Ia menyampaikan bahwa Pandemi Covid-19 ini membawa dampak pada meningkatnya ketidakpastian, juga memberi dampak pada banyak perubahan, baik dari aspek regulasi dan kebijakan, sampai pada perubahan ekonomi. Ia bahkan menyebut pandemi telah menyebabkan disrupsi pada berbagai lembaga, organisasi, atau perusahaan, sehingga sektor tertentu banyak yang mengalami penurunan yang sangat tajam. Tentu keadaan ini menjadi tantangan sendiri di dunia Pendidikan, khususnya akuntansi.
Menurutnya, saat ini kita dihadapkan pada dua tantangan besar, revolusi industri 4.0 dan pandemi covid-19 yang selesainya belum diketahui kapan akan berakhir. Ia berpendapat bahwa dunia Pendidikan harus mengantisipasi dengan perubahan kurikulum sehingga siswa/mahasiswa tidak kehilangan kesempatan atau proses belajar. Kebijakan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tetap efektif berjalan.
"Kita harus menjaga bahwa Pendidikan akuntansi yang kita berikan pada masyarakat tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.Sebab dalam beberapa hal pandemi Covid mempercepat proses perubahan, atau yang sering kita sebut Revolusi Industri 4.0", papar Prof. Ainun.
Bicara soal dampak, Prof. Ainun menyampaikan bahwa seluruh negara terdampak oleh pandemi ini, dari segi ekonomi, pertumbuhan ekonomi menurun bahkan sampai negatif, demikian juga aspek sosial, banyak orang kehilangan perkerjaan, perubahan interaksi antar individu, dan sebagainya. Oleh karenanya perlu melakukan manajemen konflik antara sektor kesehatan dan ekonomi.
"Penutupan kegiatan mengakibatkan terjadinya konflik antara kesehatan dan ekonomi. Membuka kegiatan secara fisik, kesehatan akan menjadi ancaman, disisi lain ekonomi akan bergerak. Perlu memanage kedua hal tersebut agar bisa bergerak bersama. Contohnya di lingkungan Pendidikan, kategori hijau dan kuning bisa dibuka secara fisik, bisa mengajar secara konvensional. Daerah yang masih berwarna orange dan merah tidak dibuka”, ungkap Prof. Ainun.
"Dampaknya pada perubahan ekonomi, pandemi berpengaruh pada proses penyediaan data dan informasi, terutma untuk policy makers, data dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sosial yang terjadi secepatnya", tambahnya.
Dalam dunia akuntansi, ia berpendapat bahwa Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh pada financial reporting. "Yang terpengaruh tentu saja laba, lalu ada subsequent events, going concern, masalah risiko, impairment, maka dari itu OJK dan otoritas terkait memberikan regulasi untuk menanggulangi dampak Covid-19 pada perusahaan", tegasnya
Selain financial reporting, menurutnya, praktik auditing juga mengalami perubahan, terutama dari kurangnya interaksi secara langsung, sebab proses audit dilakukan secara online. Perubahan tersebut mewajibkan pendidik untuk terus berbenah menyesuaikan kebutuhan. "Inilah beberapa aspek yang berubah pada akuntansi, dan tentu sebagai pendidik harus turut menyelesaikan hal tersebut dengan memastikan kurikulum berjalan, serta kompetensi mahasiswa meningkat", tutupnya.
Sesi kedua adalah penyampaian materi dari Djohan Pinnarwan. Menyoal pandemi dari kaca mata praktisi, Djohan menyampaikan bahwa Pandemi tak membuat Kantor Akuntan Publik kesulitan. "Dalam KAP kami, Pandemi Covid-19 tidak terlalu menyulitkan karena sejak 2018, pekerjaan sudah dilakukan secara dinamis, bisa dimana saja, meski ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan secara daring", tuturnya.
Terutama soal auditing, ia mempermasalahkan terkait efektivitas internal control apabila dilakukan secara daring. "Dari sisi penggunaan teknologi, jangkauan secara daring menjadi masalah. Jika dilakukan secara remote, yang menjadi pertanyaan bagaimana efektivitas internal control saat assessment klien?”, ungkapnya.
Untuk dunia Pendidikan Profesi Akuntansi dan Akuntan, Djohan menyampaikan pendapatnya sebagai seorang praktisi. "Ada beberapa hal yang saya pelajari dalam berbagai perubahan dalam profesi dan di kantor, mengutip pendapat seorang ahli, di dalam dunia Pendidikan, sudah seharusnya the objective of education is learning, not only teaching", tegas Djohan. Sebab menurutnya, terdapat perbedaan antara metode learning dan teaching dalam dunia Pendidikan. "Jika kita teaching, kita mengajarkan kontennya, what the subject, ibarat orang tua menyuapi makan anaknya, sedangkan learning lebih ke how to learn, bagaimana cara orang tua memberi makan kepada anaknya, yaitu dengan cara anak tersebut diberikan keleluasaan dalam belajar", jelasnya.
"Keterbatasan saat ini dan dunia masa depan yang tidak pasti mengharuskan kita untuk memberi education how to learn, sehingga memberi executive function, dan output-nya memberi peserta didik kesuksesan di dunia Pendidikan”, tambahnya.
Ketika ditanya seputar efektivitas pendidikan dengan dunia kerja, Ia menyampaikan bahwa praktek dan profesi di dunia kerja akan selalu lebih cepat dari yang diajarkan di dalam kelas. "Contohnya di era disrupsi, dari sisi Pendidikan mungkin job-nya akan hilang, tapi dari sisi work-nya akan tetap berjalan", pungkasnya.
Sesi selanjutnya adalah pemarapan oleh Dosen FEB UGM, Dr. Singgih Wijayana yang menyampaikan isu kenormalan baru dari perspektif pendidikan. Dr. Singgih menyampaikan kenormalan terdapat pemahaman yang lebih luas, sebab banyak sekali topik dan pengembangan. Dari sisi pengajaran, ia menyoroti bagaimana cara menyampaikan materi, sebab akuntansi berubah dalam satu dekade terakhir, khususnya terkait teknologi, internet of things dan Revolusi Industri 4.0. Tak hanya itu, ia juga menyoroti akuntansi lingkungan, corporate sustainability dan triple bottom line, serta integrated reporting yang juga tak bisa terlepas dalam perkembangan teknologi dan internet. Juga dalam hal isu yang terus bergulir di dunia pendidikan, bahwa profesi akuntansi menjadi profesi yang tidak menarik karena akibat teknologi profesi akuntansi disalah-persepsikan akan hilang akibat adanya otomatisasi teknologi.
Implikasi dari hal tersebut, ia menuturkan bahwa pendidikan tinggi harus bersiap menawarkan program baru di kampus atau merevisi program yang telah ada, melakukan perubahan-perubahan strategik dalam struktur fakultas atau pengelolaan program studi, menyediakan program daring berijasah atau bersertifikat, serta melakukan perubahan kurikulum Pendidikan Akuntansi dan Profesi Akuntan.
Dari kajian literatur, ia menemukan fakta bahwa kebutuhan lulusan sudah tak relevan dengan kebutuhan jangka panjang lulusan tersebut. "Kebanyakan kurikulum saat ini berfokus pada penyiapan lulusan yang berada pada entry level requirement yang itu relevan di masa lalu, dan tidak dengan sekarang, penting untuk menyiapkan kebutuhan karir jangka panjang lulusan", kritiknya.
Ia menambahkan bahwa saat ini Pendidikan akuntansi kebanyakan masih berfokus pada penyiapan karir untuk akuntan publik atau pengauditan, padahal lingkungan bisnis dan organiasasi kontemporer memerlukan keahlian dan kompetensi yang lebih luas untuk para akuntan.
“Akan kurang tepat jika disaat perubahan saat ini hanya berfokus pada kompetensi akuntansi saja, seorang berlatar belakang akuntansi harus memiliki kompetensi lain yang mendukung kompetensi dia, untuk mendukung profesinya.”, tegasnya.
Ia pun mengapresiasi Program Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebab program tersebut membuat seseorang ingin belajar pengetahuan lain. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa penting untuk menyiapkan lulusan agar dapat memiliki skill kepemimpinan, dan ethical dan social responsibility yang baik. "Ada policy yang tidak kalah penting dala mendukung accounting knowledge, kita membentuk pemimpin yang berintegritas dengan cara kepemimpinan. Menjadi kurikulum diharapkan memenuhi demand dimasyarakat dalam bentuk apapun", ungkapnya.
Dr. Singgih mengatakan secara implementasi, ia berharap ada continuous improvement dalam setiap pengajaran, ada evaluasi. "Kita membangun tidak hanya di accounting knowledge dan competencies, tapi bagaimana membangun learning goals dan learning objective, accounting learning harus dapat mendevelop leader dan mendukung kompetensi board management, sehingga (lulusan) bisa survive dan membuat karir jangka panjang yang bagus", tuturnya.
Untuk menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi, kurikulum harus disesuaikan dengan cara mengurangi mata kuliah wajib dan menambah mata kuliah pilihan. Adanya perubahan menyebabkan terjadi perubahan juga terhadap kurikulum akuntansi FEB UGM, seperti ditambahkannya Mata Kuliah Digital Business dan Artificial Intelligence yang menyesuaikan perkembangan teknologi, Mata Kuliah Special Topics in Accounting, yang membahas isu-isu akuntansi yang relevan dan kekinian, serta kelas FEB Excellence, kelas dimana penyelenggarannya langsung terjun ke perusahaan, sehingga peserta didik mendapat perspektif langsung dari dunia kerja. Selain itu, fakultas juga dapat membangun jejaring dengan industri. Sebab menurutnya, pendidikan tinggi harus membangun partnership dengan dunia industri untuk memastikan kompetensi apa yang dibutuhkan indsutri dari peserta didik.
Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Z.