Keterampilan Analitika Data, Syarat Menjadi Akuntan yang Relevan di Era Digital
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 6548
Pada Sabtu (12/6) Pusat Kajian Sistem Informasi, Pusat Kajian Akuntansi Pendidikan, dan Laboratorium Akuntansi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Webinar dan Lokakarya dengan tema "Keahlian Analitika Data untuk Akuntan Profesional Masa Depan". Webinar yang mengawali rangkaian lokakarya adalah mengenai tema "Menjadi Akuntan yang Relevan di Era Digital - Pentingnya Menguasai Keterampilan Analitika Data". Moderator yang membawakan seminar kali ini adalah Muhammad Akbar Fadzkurrahman Annahl, S.E., M.Sc. Webinar ini menghadirkan narasumber yang membidangi dalam lingkup akuntansi dan teknologi informasi, yaitu Syaiful Ali, M.Sc., Ph.D, dari Pusat Kajian Sistem Informasi, Departemen Akuntansi FEB UGM, Sony Warsono, MAFIS., Ph.D. dari Pusat Kajian Akuntansi Pendidikan, Departemen Akuntansi FEB UGM, Krisostomus Nova Rahmanto, S.Kom. dari Sadasa Academy, dan Nur'aini Yuwanita Wakan, S.E. selaku Konsultan Manajemen dari Accenture.
Rangkaian Lokakarya diselenggarakan pada hari Sabtu dan Minggu (12-13/6), adalah seri lanjutan dari seminar Analitika Data, yang membahas mengenai Bagaimana Menguasai Analitika Data Berbasis Microsoft Excel dan Macros dengan menghadirkan narasumber yaitu Tunggoro Widiandaru, S.E., M.H., CA., CLI, Ak. selaku Tim Pengembang Pendidikan Akuntansi dan Gunawan Wibisono, S.E., M.Acc., CA., selaku Dosen Jurusan Akuntansi FEB UGM.
Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D., Dekan FEB UGM mengawali seminar dengan menyampaikan sambutan pembuka. "Pada saat kita memahami laporan keuangan, risk based audit, menentukan sampel, saya kira data analytics dapat membantu kita memfokuskan hal-hal yang perlu kita cermati. Selamat memahami keahlian akuntansi yang dibantu oleh analitika data", kata Eko.
Syaiful Ali mengisi sesi pertama dengan menyampaikan topik perihal keahlian analitika data untuk akuntan profesional masa depan. Syaiful Ali memberi gambaran secara umum data analytics dan apa manfaat akuntan mempelajarinya.
"Mencontoh Professor Werner membuat mesin algoritma untuk menghitung Gerakan pesawat tempur jerman pada saat perang dunia, ini menggunakan data analytics untuk memprediksi Gerakan musuh, jadi data analytics sebenarnya sudah ada sejak dulu", ujarnya.
"Saat Pandemi ini, G-Nose, juga menggunakan artificial intelligence, terdapat data historis yang memprediksi apakah kita terinfeksi virus atau tidak, ini merupakan bagian data analytics yang autonomous, tidak ada campur tangan manusia", tambahnya.
Menurutnya, data-driven decision making tidak boleh hanya berdasarkan intuisi atau insight yang tidak ada dasarnya, akan tetapi harus berdasarkan data. Hal ini akan bermanfaat pada valuable insight, operasi yang optimal, pertumbuhan yang terus menerus, program yang lebih baik, dan dapat memprediksi masa depan. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa Data Analytics adalah mengubah data menjadi insight untuk mengambil keputusan, dengan menggunakan alat-alat statistic, analisis kuantitatif, yang sifatnya predictive analytics dan explanatory.
"Data analytics sangat diperlukan dalam akuntansi, misalnya dipakai oleh Audit dari banyak analisis data, mengetahui data mana yang bermasalah, mendesain prosedur audit untuk dilakukan explorasi lebih lanjut dengan tools yang dapat digunakan antara lain Excel, Basic database (Access), Audit (IDEA/ACL), dan Visualization (Tableau, Qlik, Sportfire, Microsoft BI.)”, tandasnya.
Sesi kedua adalah penyampaian dari Dr. Sony Warsono mengenai Menteknologikan Akuntansi. Dr. Sony mengajak kita berpikir bagaimana akuntansi dapat menjadi teknologi informasi dan apa keterlibatan pembelajar di era teknologi 4.0.
"Revolusi 4.0 menanyakan peran manusia dimana, dalam hal ini kita mencoba mempertanyakan terkait dengan akuntansi, apakah melihat akuntansi dengan cara yang berbeda menghasilkan sesuatu yang berbeda", ungkapnya.
Menurutnya, akuntansi secara fungsi jelas identik dengan teknologi informasi, dan secara khusus menyajikan informasi keuangan dan teknologi informasi untuk mengumpulkan informasi.
"Hal penting adalah komputer, beragam aktivitas di komputer menggunakan matematika. Data analytics, data science dan sebagaiya membutuhkan matematika, kaitannya dengan akuntansi, akuntansi menumbuhkan data analytics, orang akuntansi harus berpikir dari dimensi matematika", kata Dr. Sony. Untuk mewujudkan hal tersebut, menurutnya, Pembelajar dapat terlibat sebagai pengguna maupun pengembang dalam konteks teknologi Revolusi Industri 4.0
Sesi ketiga adalah penyampaian dari Krisostomus Nova Rahmanto mengenai Data Science Fundamental. Ia memulai pemaparannya dengan membahas ekosistem big data yang dibagi menjadi tiga, yaitu Data, Compute Engine, dan Talent.
"Investasi paling besar ada di infrastructure software, data analytics dan data software. Infrastruktur tidak akan bekerja tanpa manusia yang meng-create algoritma, oleh karena itu edukasi adalah faktor utama", ujar Kristo.
Menurut Kristo, ada tiga keterampilan utama dalam mempelajari data science, yakni Computer Science, Business Domain/Expertise, dan Math/Statistic untuk memahami sentimen positif atau negatif. "Misalnya dalam social media analytics, ada seorang pengamat politik mengambil data dari twitter, dengan cara biasa kita memindahkan data dari twitter ke excel satu persatu, itu merupakan pekerjaan yang berulang-ulang", ungkap Kristo.
"Semua pekerjaan yang berulang-ulang memiiki pola yang dapat dialgoritmakan, itu adalah kunci kenapa kita mempelajari computer science/coding skill, supaya mengotomatisasi pekerjaan yang berulang-ulang itu", jelasnya.
Sesi terakhir adalah penyampaian dari Nuraini Yuwanita, seorang praktisioner yang membahas pentingnya data dan kemampuan yang berguna untuk dunia professional untuk mahasiswa akuntansi. Nita menyampaikan bahwa Akuntan menggunakan data analytics untuk memperoleh pengetahuan baru dari data pengolahan.
"Kalau akuntansi identik dengan data-data keuangan, dari historical cost kita bisa menentukan apakah ada insight baru, membaca tren data keuangan yang abnormal, akuntan tidak hanya harus paham keuangan, tapi juga harus paham teknologi. Akuntan harus mengerti ERP seperti SAP, Oracle, dan tools lain yang dibutuhkan sebelum masuk ke dunia profesional.", Jelas Nita.
"Misalnya kita sebgai tax accountant, data science bisa menganalisa pelaporan perpajakan atau regulasi di suatu negara. Misalnya kita Akuntan yang memberi investment advice kita bisa menggunakan Big Data untuk membaca behavior pattern", tambahnya.
Menurut Nita, akuntan bisa menjadi data scientist yang luar biasa karena memiliki daya analisa yang sangat baik karena terbiasa melakukan problem solving dan membaca laporan keuangan. Namun tak hanya itu, menurutnya, Akuntan juga harus memahami Agile Methodology Process, pengetahuan mengenai Agile & DevOps, AI, Analytical mindset, data science, pengetahuan bisnis dan industri, serta automation. Hal ini disebabkan karena disrupsi teknologi berdampak signifikan terhadap profesi akuntansi khususnya pada profesi auditor yang saat ini perlu untuk memiliki digital mindset dan mengasah kompetensi digital.
Reportase: Sony Budiarso/Kirana Lalita Pristy