Pentingnya Etika Bisnis di Industri Pertanian
- Detail
- Ditulis oleh Rizal
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2774
Selasa (11/07), telah berlangsung sesi ke-9 dari program Global Summer Week 2023. Sesi kali ini diisi oleh Dr. Wuri Handayani, S.E., M.Si., M.A., Ak., dosen Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan kali ini, topik yang dibahas adalah terkait etika dalam industri agrikultur, terutama sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia. “Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata ‘etika’?” tanya Wuri sebagai pembuka. Partisipan dengan antusias mengaspirasikan pendapat mereka melalui Mentimeter yang telah disediakan.
Dr. Wuri kemudian mendefinisikan etika sebagai sekumpulan norma dan nilai, yang dapat menjadi pedoman dalam menentukan mana hal yang baik ataupun buruk. Etika merupakan hal yang fundamental dalam motivasi dan pengambilan keputusan dari suatu perusahaan. Norma dan nilai tersebut berakar dari berbagai sumber, seperti agama, peraturan, pihak berwenang, kebiasaan masyarakat, atau tujuan dari tiap manusia itu sendiri. Etika bukan hanya merupakan atribut dari individu. Perusahaan, sebagai suatu entitas, juga memerlukan etika dalam operasionalnya, mengingat mereka juga memiliki tujuan layaknya individu.
Perusahaan dalam industri agrikultur pun tak terlepas dari implementasi etika. Agrikultur merupakan seni dan ilmu dalam mengolah tanah, menumbuhkan panen, dan membudidayakan hewan ternak. Dalam beberapa dekade terakhir, industri agrikultur telah berkembang dengan pesat. Namun, hal tersebut diiringi dengan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan hidup.
Sebagai contoh, Dr. Wuri mengambil studi kasus berupa industri minyak sawit di Indonesia. Sejak 1998 hingga 2008, pemerintah Indragiri Hulu memberikan izin kepada Duta Palma Group untuk mengalihfungsikan area hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit seluas 37.095 hektare. Namun, pengalihfungsian tersebut melanggar hukum yang berlaku, menimbang bahwa kawasan hutan tersebut merupakan bagian dari hutan lindung. Disinyalir bahwa terjadi kasus penyuapan yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat melaksanakan tindakan ilegal tersebut. Korupsi ini menimbulkan dampak sosial yang merugikan negara, baik dari sisi biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
Di sisi lain, deforestasi yang dilakukan saat membuka lahan perkebunan kelapa sawit juga menimbulkan dampak yang sistemik bagi keberlanjutan lingkungan. Penebangan hutan tersebut mampu menyebabkan hilangnya habitat bagi biota hutan hingga timbulnya bencana alam, seperti banjir dan kekeringan. Terlebih, saat ini, 50 persen dari produk yang ditemukan di pasar swalayan menggunakan minyak sawit sebagai bahan bakunya. Indonesia pun merupakan salah satu produsen dominan dari minyak sawit dunia. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan di industri kelapa sawit maupun industri pertanian secara umum untuk memperhatikan etika bisnis dalam operasionalnya, sehingga dampak negatif secara sosial maupun lingkungan mampu ditekan.
Reportase: Rizal Farizi
Simak video selengkapnya di https://youtu.be/blJ3p9l5Ybs