- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4908
Sebagian masyarakat saat ini masih belum paham sepenuhnya mengenai pasar modal. Akibatnya, masih banyak anggota masyarakat yang berinvestasi di luar pasar modal, seperti melalui tabungan dan deposito. Padahal, pasar modal merupakan salah satu alternatif solusi untuk berinvestasi lebih baik dibandingkan dengan kedua produk bank tersebut. "Lewat pasar modal justru sebagai alternatif investasi yang bisa lebih baik dibanding tabungan atau deposito sekalipun, misalnya bunga yang di atas rata-rata deposito bank pemerintah," kata Yahuda Nawa Yanukrisna, Branch Manager Sentra Investasi Danareksa (SID) Yogyakarta, saat mengisi Sekolah Pasar Modal (SPM) Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) di kampus MM UGM, Jumat (4/3).
Yahuda mengatakan disebut sebagai alternatif investasi karena di pasar modal, baik melalui saham maupun obligasi, memberikan imbal hasil yang lebih menarik daripada deposito. Sayangnya, hal itu belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat dan pelaku bisnis. Ditambah lagi dengan masih adanya perasaan takut akan risiko bermain di pasar modal. Padahal, kemungkinan munculnya risiko masih dapat dikelola. Ia mencontohkan kasus gagal bayar dan fluktuasi harga. "Kalau gagal bayar kan pemerintah tetap berperan terkait penerbitan obligasi. Nah, kalau mengenai fluktuasi harga, nanti bisa dilepas di akhir periode atau waktu yang tepat," katanya.
Dalam kesempatan itu, Yahuda juga mendukung program yang dilakukan oleh Finance Club MM UGM untuk mengadakan Sekolah Pasar Modal. Langkah tersebut sejalan dengan salah satu misi Danareksa, yakni edukasi.
Sementara itu, Deputi Direktur Bidang Akademik dan Riset MM UGM, Dr. Wakhid Slamet Ciptono, M.B.A., M.P.M., menjelaskan kegiatan Sekolah Pasar Modal dilaksanakan secara periodik oleh MM UGM, BEI, dan PT Danareksa. Kegiatan hari ini merupakan angkatan ke-7 setelah terakhir dilaksanakan pada April 2010 dengan program edukasi dan simulasi transaksi saham secara on line. Acara diikuti oleh 73 mahasiswa MM dan 27 dari luar MM UGM. "Kita tentu berharap agar kegiatan ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan," kata Wakhid.
Tema yang diambil dalam SPM kali ini adalah Edukasi dan Lomba Simulasi Transaksi Saham. Menurut Wakhid, bentuk kerja sama MM FEB UGM, Danareksa, dan BEI ini sebelumnya juga telah didahului dengan diresmikannya pojok BEI MM FEB UGM pada 10 Februari 2011 lalu. "Jadi, ini sebagai langkah untuk mengenalkan pojok BEI MM UGM dan meningkatkan pengenalan mahasiswa serta masyarakat akan pasar modal Indonesia," tutur Wakhid.
Selain Yahuda, hadir sebagai pembicara dalam acara itu Dedi Priadi (Kepala Unit Edukasi Divisi Pemasaran Bursa Efek Indonesia) dan Alifa Yustisia (Danareksa).
Sumber: Satria/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3728
FEB UGM kembali menyelenggarakan Academic Coaching & Welcome Cocktail untuk menyambut mahasiswa asing yang belajar di FEB, pada tanggal 17 Februari 2011 bertempat di gedung University Club, UGM. Pada semester II tahun ajaran 2010/2011 ini FEB UGM menerima 12 mahasiswa asing program Exchange dan 1 mahasiswa program Double Degree. Sebagian besar mahasiswa berasal dari universitas partner di Eropa dan satu mahasiswa berasal dari Korea Selatan.
Acara yang dibuka dengan sambutan dari Wakil Dekan Bidang Akademik, Penelitian, & Pengabdian Kepada Masyarakat ,Dr. B.M. Purwanto, M.B.A., ini bertujuan selain untuk memperkenalkan mahasiswa asing dengan pengelola fakultas, juga untuk memberikan informasi mengenai peraturan yang berlaku dan kalender akademik. Acara ini juga dihadiri Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan, dan SDM, Dr. Eko Suwardi, M.Sc., dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerjasama, dan Pengembangan Usaha, Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc. beserta kepala dan perwakilan dari unit-unit yang berhubungan langsung dengan mahasiswa.
Sumber: Titis/OIA
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2430
MM UGM Gandeng LPPM Kembangkan Desa Beji dan Kemadang di Gunungkidul YOGYAKARTA-Program Studi Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) untuk pengembangan Desa Beji, Kecamatan Ngawen dan Desa Kemadang , Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dengan dilaksanakannya penandatanganan naskah kerjasama antara kedua belah pihak. Hadir dalam penandatanganan naskah kerjasama ini Dekan FEB UGM Prof. Dr. Marwan Asri, M.B.A., Ketua Pengelola MM Prof Lincolin Arsyad, Ph.D, Ketua LPPM Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc. dan Kepala Bidang Pengelolaan KKN-PPM, Pengembangan UMKM dan Pelayanan Masyarakat LPPM Dr drh Joko Prastowo, M.Si.
Dalam sambutannya, Prof Dr Lincolin Arsyad mengatakan asal mula penandatanganan kerjasama ini berawal pada ulang tahun MM ke 22 bulan Juli 2010 silam. Saat itu mereka melakukan penanaman 5.000 pohon di Desa Beji. Kegiatan ini, kata Lincolin, merupakan bagian dari upaya sungguh-sungguh MM UGM menerapkan ethics mainstreaming (pengarusutamaan etika) sebagai landasan utama dalam sistem pengajarannya.
"Ethics mainstreaming ini tidak terbatas pada etika bisnis, melainkan juga etika sosial dan lingkungan. Wujud nyatanya waktu itu adalah menanam 5.000 pohon di Desa Beji tersebut," kata Lincolin, Jumat (18/2) di MM UGM.
Diakui Lincolin, saat ini MM UGM tengah fokus pada pengembangan konsep ethics mainstreaming dalam sistem pengajarannya. Dengan demikian para mahasiswa tidak hanya belajar tentang pengetahuan dan keahlian manajemen yang handal, tetapi mereka juga diajarkan untuk memiliki perilaku, karakter, dan sikap baik. "Selain itu konsentrasi enterprenuership kini juga akan segera diluncurkan. Nah, Desa Beji ini saya rasa cukup potensial untuk dijadikan lahan praktek bagi mahasiswa," terangnya.
Sementara itu Ketua LPPM UGM Prof. Dr.Tech. Ir. Danang Parikesit, M.Sc, berharap langkah yang dilakukan oleh MM UGM ini bisa ditindaklanjuti oleh program-program studi yang lain baik dari S1-S3. Danang juga mengatakan agar seluruh proses kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Beji dengan melibatkan MM UGM dan LPPM tersebut bisa didokumentasikan dari awal hingga akhir sebagai bahan pembelajaran khususnya kepada mahasiswa.
"Ini harus direspon oleh program studi yang ada di UGM, bukan hanya S1 tapi juga S2 hingga S3. LPPM sebelumnya juga memang telah mengembangkan lokasi tersebut termasuk dengan KKN PPM," kata Danang.
Danang juga menambahkan trend pengembangan pemberdayaan masyarakat saat ini juga melibatkan aspek lain, seperti sosial dan lingkungan. Bagaimana dalam konteks kerawanan dan bencana yang ada bisa dikelola secara bisnis. "Kalau konteks kecil, pengelolaan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) di Wisma MM misalnya ke depan bisa diwujudkan dalam bentuk biogas," terang Danang.
Di tempat yang sama, Dekan FEB UGM Prof. Dr. Marwan Asri, M.B.A.,mengatakan kepedulian FEB UGM terkait Education for Suistanable Development (EfSD) bukan baru-baru ini saja. Marwan mencontohkan adanya program pemberdayaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (Pegel) melibatkan para sarjana, Depdiknas serta Deperindag.
"Waktu itu para sarjana kita sudah memberdayakan dengan memberi konsultasi pengusaha golongan ekonomi lemah," kata Marwan.
Ia juga berharap agar kerjasama kedua belah pihak itu bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya di Desa Beji maupun Kemadang, bukan hanya untuk jangka pendek namun juga jangka panjang.
Seperti diketahui, di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, terdapat Hutan Wonosadi. Hutan Wonosadi adalah hutan yang dikelola secara adat oleh masyarakat sekitar. Wonosadi ini bahkan menjadi salah satu tempat ditemukannya anggrek tanah disamping Madura, Pacitan, dan pegunungan Menoreh. Keberadaan Wonosadi telah membuat Desa Beji tampak hijau, berbeda dari kebanyakan desa di Gunung Kidul yang pada umumnya kering dan gersang. Selain kaya akan berbagai jenis pohon kayu, perdu, dan rerumputan, Wonosadi juga menjadi rumah bagi aneka ragam fauna.
Sumber: Satria/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3997
Peresmian Pojok BEI MM UGM Program Magister Manajemen (MM) UGM menjadi tempat ke-61 perluasan Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan perluasan Pojok BEI ini diharapkan semakin mendekatkan dunia pasar modal dengan dunia akademis secara lebih dini. "Ini merupakan peresmian Pojok BEI yang ke-3 di tahun ini," ujar Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Friderica Widyasari Dewi, Kamis (10/2), saat meresmikan Pojok BEI MM UGM.
Menurut Friderica, Pojok BEI sesungguhnya sudah dimulai pada awal tahun 2000. Pada 2004, Pojok BEI mengalami perkembangan dengan munculnya konsep tree in one. Dengan hadirnya Pojok BEI, para mahasiswa dan akademisi tentu tidak hanya mempelajari secara teori. Mereka diharapkan dapat melakukan praktik secara nyata. "Teori-teori di kelas yang dilengkapi dengan pelatihan menjadikan mereka tentu paham secara persis berbagai proses transaksi yang ada," kata Friderica.
Friderica mengakui evaluasi terhadap Pojok BEI tidak selalu memuaskan. Beberapa Pojok BEI menunjukkan hasil sangat bagus, sedang, dan tidak bagus. "Beberapa Pojok BEI di Bandung hasilnya malah melebihi satu cabang sekuritas. Namun, kita mengingatkan Pojok BEI bukan berorientasi pada besarnya transaksi. Ia lebih sebagai sarana untuk mengedukasi mahasiswa dan kalangan akademisi kampus," tambahnya.
Direktur Program Magister Manajemen UGM, Prof. Dr. Lincolin Arsyad, menerangkan Pojok BEI konsep tree in one merupakan Bursa Efek Indonesia yang dikelola oleh tiga lembaga, yakni perguruan tinggi, BEI, dan PT Danareksabisa. Dengan konsep ini, Pojok BEI MM UGM diharapkan mampu menyiapkan calon investor potensial dan tenaga profesional di pasar modal di masa depan. "Sepertinya, jika kampus tidak memiliki Pojok BEI terkesan seolah tidak memiliki nilai tambah. Pojok BEI MM ini merupakan yang kedua bagi FEB UGM. Program ini adalah investasi jangka panjang. Selain itu, program ini tidak mencari nilai transaksi karena lima orang berkumpul dengan masing-masing sharing nominal 1 juta rupiah sudah bisa bermain di pasar modal," tutur Lincolin.
Sementara itu, Satrio Hadi Waskito dari Danareksa Sekuritas menjelaskan untuk mengembangkan pasar modal sangat dibutuhkan tingkat partisipasi. Dengan tingginya tingkat partisipasi, pasar modal akan semakin efisien. "Karenanya untuk saat ini masih dibutuhkan banyak tenaga profesional di industri pasar modal. Dengan Pojok BEI diharapkan kita akan mendapatkan SDM yang mumpuni," ujar Satrio Hadi.
Sumber: Agung/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3687
Satu prestasi diukir mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada di awal tahun ini. Bella, panggilan akrab Bella Chyntiara, bersama dua anggota tim dari FISIPOL UGM berhasil meraih juara pertama Indonesian Varsities English Debate (IVED) 2011 yang terselenggara di Universitas Hassanudin, Makassar pada 21-26 Januari 2011. Bella dan tim berhak atas sertifikat dan piala setelah berhasil mengalahkan 56 peserta dari seluruh universitas di Indonesia. "Kami bangga dapat meraih kemenangan di kompetisi bergengsi ini, IVED merupakan kompetisi debat parlementer tingkat universitas se-indonesia yang pertama terselenggara sejak tahun 1998" ungkap Bella.
Mahasiswa International Undergraduate Program FEB UGM angkatan 2009 ini termotivasi mengikuti kompetisi debat ini untuk mengasah kemampuan berbicara di depan publik, berpikir kritis serta memahami segala kebijakan dan tren sosial yang ada. Terbentuknya tim berawal dari tergabungnya ia pada English Debating Society (EDS) UGM. Tim terbentuk melalui kompetisi internal, Bella beserta Eldhianto Maulana Jusuf dan Urfi Syifa Urohmah berhasil menjadi 3 mahasiswa teratas dalam seleksi kemudian tergabung menjadi Tim UGM A dan berhak mengikuti kompetisi ini bersama tim UGM B sebagai peringkat kedua dalam seleksi.
Kegemaran Bella dalam berbicara di depan umum membuatnya terus aktif dalam berbagai kompetisi debat. Sejak menjadi mahasiswa sudah empat prestasi diraihnya: Juara 3 National Economic English Debate, di UNPAD tahun 2009, Juara 3 all Java Overland Varsities English Debate, di UI tahun 2010, UGM delegates in Asian united English Debate (AUDC), di Assumption University, Thailand tahun 2010 serta terakhir pada kompetisi bergengsi IVED di UNHAS tahun 2011.
Bella sadar akan pentingnya kemampuan berdiplomasi untuk karirnya ke depan. Baginya menjadi mahasiswa FEB bukan berarti tidak belajar ilmu yang lain, kemampuan berdiplomasi akan membentuk manusia menjadi sosok yang memiliki bargaining power sehingga dapat membuat kebijakan tertentu untuk menyejahterakan masyarakat, khususnya yang kurang beruntung. Kegemaran pada debat membuatnya belajar mengenai banyak hal, "saya belajar politik berbagai bangsa, bahkan isu yang sangat krusial yang tidak semua orang tahu dan peka di dalamnya". Bella juga merasa beruntung dengan kegemarannya ini ia dapat banyak pengetahuan dan mendapat banyak teman dari berbagai universitas.
Sumber: hk
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2440
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) mengadakan International Academic Exposure, di Bangkok, Thailand selama 5 hari, mulai dari 24 Januari 2011. Program ini dirancang bagi semua mahasiswa program sarjana di FEB UGM untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman internasional mereka.
Untuk batch pertama, 10 siswa dari IUP dan program reguler mengikuti program ini. Mereka mengikuti dua kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Chulalongkorn. Kuliah pertama adalah tentang Risiko Politik dan Bisnis Internasional di Thailand, disampaikan oleh Assoc. Prof Vira Somboon, Ph.D. Kuliah kedua adalah tentang Manajemen Lintas Budaya, oleh Asst. Prof Pavika Srirattanaban, Ph.D.
Setelah kuliah, mereka mengunjungi perusahaan terbesar di Thailand, Siam semen Group (SCG). Mr Bunn Kasemsup, Direktur Perencanaan Korporat, memberikan presentasi yang mendalam tentang perkembangan sejarah dan bisnis SCG.
Untuk pengetahuan budaya, kelompok ini mengunjungi Grand Palace, dan beberapa candi yang sangat terkenal di seluruh dunia.
Program ini memberikan manfaat besar bagi siswa, baik dari sisi ekonomi internasional dan pengetahuan bisnis dan sisi budaya. Mudah-mudahan, program ini akan dilakukan dua kali setahun, dengan tujuan yang berbeda.
Sumber: Ida
Halaman 204 dari 221